Sabtu, 08 November 2014

SEJARAH TABUIK PARIAMAN

Setiap memasuki bulan Muharam atau tahun baru Hijriyah, masyarakat Kota Pariaman menggelar perayaan tabuik.Perayaan membuat dan membuang ke laut keranda yang dihiasmenyerupai buraq (sejenis burung yang membawa Nabi Muhammad SAWdalam perjalanan Isra’ Mikraj).Tabuik merupakan tradisi turun temurun masyarakat kotaPariaman.
Festival Tabuik adalah perayaan memperingati Hari Asyura (10 Muharam) yaitu mengenang  kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad SAW  yaitu Sayyidina Hassan bin Ali yang wafat diracun serta Sayyidina Husein bin Ali yang gugur dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala, Irak pada 10 Muharam 61 Hijrah (681 Masehi).
Dalam pertempuran yang tidak seimbang itu, kepala Imam Husein dipenggal oleh tentara Muawiyah. Kematian Imam Husein diratapi oleh kaum Muslim terutama Muslim Syiah di Timur Tengah dengan cara menyakiti tubuh mereka sendiri. Tradisi mengenang kematian cucu Rasulullah tersebut menyebar ke sejumlah negara dengan cara yang berbeda-beda.
Di Indonesia, selain di Pariaman, ritual mengenang peristiwa tersebut juga diadakan di Bengkulu. Dalam perayaan memperingati wafatnya Husein bin Ali, tabuik melambangkan janji Muawiyah untuk menyerahkan tongkat kekhalifahan kepada umat Islam setelah Imam Husain meninggal. Namun, janji itu ternyata dilanggar dan malah mengangkat Jazid yaitu anaknya sebagai putera mahkota.
Awalnya Tabuik sebagai simbol ritual bagi pengikut Syi’ah untuk mengumpulkan potongan-potongan tubuh Imam Husein dan selama ritual itu para peserta berteriak “Hayya Husein, hayya Husein” atau yang berarti “Hidup Husein, hidup Husein”. Akan tetapi, di Pariaman teriakan tersebut telah berganti dimana para pengusung dan peserta Tabuik akan berteriak “Hoyak Hussein, hoyak Hussein” sambil menggoyang-goyangkan Tabuik yang berbentuk menara dan bersayap.
Festival Tabuik masuk kalender acara wisata Sumatra Barat dan kalender acara wisata nasional.Puluhan ribu orang dari pelosok Sumatra Barat dan perantau datang ke Pariaman hanya ingin melihat Festival Tabuik selama 14 hari.Upacara tabuik dapat dihadiri hingga sekitar 6.000 orang per hari dan bisa mencapai 90.000 orang saat puncak acara.
Dalam perayaan ini masyarakat menyaksikan dua buah tabuik atau keranda setinggi 13 hingga 15 meter yang masing-masing diangkat oleh 20 lelaki. Mereka menggoyang-goyang, memutar-mutar, dan mengarak tabuik dari pusat kota menuju pantai. Lalu, pemain gendang tasa menepuk irama, mengiringi setiap liukan tabuik, dentamnya membangkitkan semangat.Di antara irama gendang terselip teriakan keras “Hoyak Hussein”.
Tabuik berjumlah dua buah dan terbuat dari bambu serta kayu. Bentuknya menyerupai binatang berbadan kuda dan berkepala manusia dengan posisi  tegap dan memiliki sayap. Dalam kepercayaan Islam, Tabuik sebagai gambaran dari Buraq yang dipercaya sebagai kendaraan Nabi Muhammad dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.Kedua Tabuik tersebut diarak menuju pantai setempat untuk di “serahkan” ke laut.Saat matahari terbenam arak-arakan pun berakhir.Kedua Tabuikdibawa ke pantai yang selanjutnya dibuang kelaut. Hal ini dipercaya sebagai ritual buang sial .
Tabuik yang sudah menjadi tradisi tahunan ini, tidak hanya memperkenalkan kebudayaan tetapi juga meningkatkan jumlah wisatawan yang datang dari dalam maupun luar kota, tradisi tabuik ini juga di selenggarakan di kota lain seperti Bengkulu.

Pembuatan Tabuik
Tabuik dibuat oleh dua kelompok masyarakat Pariaman, yakni kelompok Pasar dan kelompok Subarang.Kelompok Tabuik Pasar terdiri dari gabungan 12 desa yang ada di Kota Pariaman, sementara Kelompok Tabuik Subarang terdari dari gabungan 14 desa lainnya.Dahulu, selama berlangsungnya pesta tabuik selalu diikuti dengan perkelahian antara warga dari daerah Pasar dan Subarang.Tabuik dibuat secara bersama-sama dan melibatkan tokoh masyarakat.
Tabuik yang dibuat oleh kedua tempat ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian atas dan bawah yang tingginya dapat mencapai 15 meter.Bagian atas mewakili keranda berbentuk menara yang dihiasi dengan bunga dan kain beludru berwarna-warni. Sedangkan bagian bawah berbentuk tubuh kuda, bersayap, berekor dan berkepala manusia berambut panjang.  Kuda itu dibuat dari rotan dan bambu dengan dilapisi kain beludru halus warna hitam dan pada empat kakinya terdapat gambar kalajengking menghadap ke atas. Kuda tersebut adalah simbol Buraq, kendaraan yang memiliki kemampuan terbang secepat kilat dan digunakan saat Isra’ Miraj Nabi Muhammad SAW. Buraq dipercaya membawa Imam Hussein ke langit. Kendaraan yang disimbolkan dengan wujud kuda gemuk berkepala wanita cantik menjadi bagian utama bangunan Tabuik.
Bagian tengah Tabuik berbentuk gapura yang ukurannya makin ke atas makin besar. Pada  gapura itu ditempelkan motif ukiran khas Minangkabau. Di bagian bawah dan atas gapura ditancapkan bungo salapan atau delapan bunga berbentuk payung dengan dasar kertas warna bermotif ukiran atau batik.Puncak Tabuik dihiasi payung besar yang dibalut kain beludru dan kertas hias yang juga bermotif ukiran. Di atas payung ditancapkan patung burung merpati putih. Kaki Tabuik terdiri dari empat kayu balok bersilang dengan panjang sekitar 20 meter. Balok-balok itu digunakan untuk menggotong dan menghoyak Tabuik yang dilakukan sekitar  seratus orang dewasa.

Membuat Daraga
Beberapa hari sebelum prosesi tabuik dimulai, terlebih dahulu masing-masing rumah tabuik mendirikan sebuah tempat yang dilingkari dengan bahan alami (pimpiang) empat persegi dan didalamnya diberi tanda sebagai kiasan bercorak makam yang dinamakan dengan”daraga”.Fungsi dari daraga adalah sebagai pusat dan tempat alat ritual, dan tempat pelaksanaan maatam.

1. Mengambil tanah (tanggal 1 muharram)
Aktivitas pengambilan tanah dilakukan pada petang hari tanggal 1 muharam,dilakukan dengansuatu arak-arakan yang dimeriahkan dengan gendang tasa.Mengambil tanah dilaksanakan oleh dua kelompok tabuik yaitu kelompok Tabuik Pasar dan Tabuik Subarang”.Masing-masing kelompok mengambil tanah pada tempat (anak sungai) yang berbeda dan berlawanan arah. Tabuik Pasar di Desa Pauh, sedangkan Tabuik Subarang di Alai-Gelombang yang berjarak ±600 meter dari daraga (rumah tabuik).Pengambilan tanah dilakukan oleh seorang laki-laki dengan berpakaian jubah putih melambangkan kejujuran Husein.Tanah tersebut diusung ke daraga sebagai simbol kuburan Husein.

2. Menebang batang pisang (tanggal 5 muharram)
Menebang batang pisang adalah cerminan dari ketajaman pedang yang digunakan dalam perang. Sebagai simbol menuntut balas atas kematian Husein, ini dilakukan oleh seorang pria dengan berpakaian silat. Batang pisang ditebang putus sekali pancung.

3. Peristiwa maatam (tanggal 7 muharam)
Prosesi maatam dilaksanakan setelah shalat dzuhur oleh orang(keluarga) penghuni rumah tabuik.Secara beriringan mereka berjalan mengelilingi daraga sambil membawa peralatan ritual tabuik (jari-jari,sorban,pedang Husein, dll) sambil menangis meratap-ratap.Hal ini sebagai pertanda kesedihan yang dalam atas kematian Husein, sedangkan daraga adalah hakekat dari kuburan Husein.
4. Maarak jari-jari (tanggal 7 muharam)
Maarak panja merupakan kegiatan membawa tiruan jari-jari tangan Hosein yang tercincang, untuk diinformasikan kepada khalayak ramai bukti kekejaman raja zalim.Peristiwa tersebut dimeriahkan dengan “hoyak tabuik lenong” yaitu sebuah tabuik berukuran kecil yang diletakkan diatas kepala seorang laki-laki sambil diiringi bunyi gandang tasa.

5. Maarak saroban (petang tanggal 8 muharam)
Peristiwa maarak saroban bertujuan untuk menginformasikan kepada anggota masyarakat akan halnya penutup kepala (sorban) Husein yang terbunuh dalam perang Karbala. Hampir serupa dengan peristiwa maarak panja, bahwa kegiatan ini juga diiringi dengan membawa miniature tabuik lenong serta diiringi gemuruh bunyi gendang tasa sambil sorak sorai.

6. Tabuik naik pangkat (dini hari tanggal 10 muharam)
Pada dini hari menjelang fajar, dua bagian tabuik yang telah siap dibagun mulai disatukan menjadi tabuik utuh.Peristiwa ini dinamakan dengan tabuik naik pangkat, selajutnya seiring matahari terbit, tabuik diusung ke arena (jalan) dan ditampilkan dan hoyak sepanjang hari tanggal 10 muharam.

7. Pesta hoyak tabuik (tanggal 10 muharam)
Sepanjang hari tanggal 10 muharam mulai pada pukul 09.00 wib ,duatabuik yaitutabuik pasar dan tabuik subarang disuguhkan ketengah pengunjung pesta hoyak tabuik sebagai hakekat peristiwa perang karbala dalam islam. Acara hoyak tabuik akan berlangsung hingga sore hari secara lambat laun tabuik diusung menuju pinggir pantai seiring turunnya matahari.

8. Tabuik dibuang kelaut(petang tanggal 10 muharam)
Menjelang sore,dimulai penyatuan Tabuik Pasar dan Tabuik Subarang (tabuik naik pangkat), kedua tabuik itu diarak keliling Kota Pariaman.Masing-masing tabuik dibawa oleh delapan orang pria.Menjelang senja tatkala sunsetmemancarkan sinar merah tembaga, akhirnya kedua tabuik dipertemukan kembali di Pantai Gondoriah.
Pertemuan kedua tabuik di Pantai Gondariah ini merupakan acara puncak dari upacara tabuik, karena tidak lama setelah itu keduanya akan diadukan (sebagaimana layaknya perang di Karbala). Menjelang matahari terbenam kedua tabuik dibuang ke laut yaitu Pantai Gondoriah.
Prosesi pembuangan tabuik ke laut merupakan suatu bentuk kesepakatan masyarakat untuk membuang segenap sengketa dan perselisihan antar mereka.Selain itu, pembuangan tabuik juga melambangkan terbangnya buraq yang membawa jasad Husein ke Surga.p

PEPATAH PETITIH MINANG KABAU

SEKAPUR SIRIH

Disusun jari nan sapuluah, ditakuakan kapalo nan satu dihujamkan lutuik nan duo. Kapado ALLAH Ampun dimintak, sambah dianta dipuhunkan, kapado Panghulu Pamangku Adat, bilo maulana jo tuanku, Nan manjunjuang soko dalam adat, sarato imam dengan khatib. Nan mudo pambimbiang dunia Bundo kanduang samo didalam.

Ujuik kato buah rundiagan, sakiro paham dikahandaki bahubuang jo maso nan ditampuah, musim nan tumbuah iko kini, syariat ado bahakikat, lahia kulik manganduang isi. Dilua nan tampak nyato, didalam kanduangan ulemu, tiliak nyato paham mamanjek, dijauah hari simpanan kito. Kalau dipiliah jo ihktiar, jikok aka dijalankan, jo tanang budi marangkak, kateh nyato taambun jantan, kabawah jaleh takasiak bulan.

Sampai tabagi dek ulemu, lahia manjadi buah ama, dek enggeran soko nan tatagak, Malangkah diujuang padang, basilek dipangka karieh, kato salalu baumpamo, rundiang nan banyak bakiasan. Dalam kulik pandanglah isi, dinan lahia bathin tabayang. Kulik manieh ditimpo bathin, bathin ditimpo galo-galo, dalam lahia manganduang bathin, dalam bathin bahakikat pulo.

Rumah gadang bari bapintu, nak tarang jalan kahalaman, jokok dikumpa saleba kuku, kalau dikambang saleba alam, Talago adat nan indak kariang, sapayah payah manimbo, walau dalam musim kamarau, mailia taruih aia nan janiah . Latiak latiak tabang ka pinang, jatuah kapangka salironyo aia satitiak dalam pinang, sinan bamain ikan rayo.

Didorong dek kandak bana, dielo dek cinto hati, mangingek papatah dalam adat, bakarih sikati muno, patah lai basimpai alun, ratak sabuah jadi tuah. Jokok dibukak pusako lamo, dibangkik tareh nan tarandam , lah banyak ragi nan barubah. Seni budaya tanah aia, lapuak dizaman panjajahan, kinilah jadi buah pikia, sadang didalam panggalian. Lapuak lapuak dikanjangi, usang usang dibarui. Mamandang gujalo zaman, edaran maso putaran zaman , lah lanyap zaman panjajahan, lah patuik disalam nan tabanam.

Ambo nan bukan cadiak pandai, ulemu di TUHAN tasimpannyo, kok senteng tolonglah bilai, tandonyo kito sa-undiko. Ampun sagalo niniak mamak, nan gadang basa batuah, kok tasalah maaf pabanyak, nan Qadim hanyo sifat ALLAH.

PENDAHULUAN

Dengan nama ALLAH Swt. Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, serta Taufiq dan Hidayah – NYA, telah mengerakan hati saya untuk menyusun buku kecil ini dengan menghimpun 1000 buah pepatah-petitih, mamang, bidal pantun dan gurindam Minang Kabau.

Hal ini didorong oleh rasa cinta kepada Kebudayaan/Adat Minang Kabau yang merupakan ke-Bhinnekaan dari Kebudayaan Nasional Indonesia, serta menyadari bahwa Adat Minang Kabau adalah merupakan pengetahuan yang mengandung arti dan ajaran yang mencangkupi setiap aspek kehidupan dalam masyarakat adalah tersimpan dalam bentuk pepatah-petitih, mamang, bidal pantun dan gurindam.

Dalam pepatah-ptitih, mamang, bidal pantun dan gurindam itulah tersimpan mutiara-mutiara dan kaedah-kaedah yang tinggi nilainya untuk kepentingan hidup bergaul dalam masyarakat. Diaman kalimat demi kalimat yang disusun, diucapkan dengan kata-kata kiasan ( indirek ), yang juga merupakan kesukaran untuk memahami arti dan tujuannya tanpa membaca arti yang tersirat didalamnya.

1000 buah pepatah-petitih yang kita himpun ini adalah sebahagian kecil dari 500.000 pepatah-petitih, mamang, bidal, pantun di Minang Kabau, yang pernah dipelajari oleh seorang pelancong dari negri Cina yang namanya ITSING 455 th. SM, yang datang ke negri Saruaso dan Pariangan Padang Panjang sekarang (Keterang Alm. Dt Batuah tj,. Barulak Batusangkar dan Dt Tumbijo Dirajo Batipuah)

Semoga usaha saya ini akan mengetuk hati putra Minangkabau (Sumbar) untuk mengali dan menghimpun 499.000 lagi dari pepatah-petitih Minang Kabau yang sekarang masih tersimpan dalam Tambo Adat Minamg Kabau atau para ahli Adatnya. Dan kemudian dapat disumbangkan dalam membangun dan memperkaya Kebudayaan Nasional Indonesia yang kita cintai.

Saya mengaharapkan perbaikan disana sini kalau kiranya ditemui kekhilafan dalam mengartikannya, begitupun dalam menyusun kalimat demi kalimat, dan kemudian kepada ALLAH yang Alim jua saya berserah diri.

Penyusun, Idrus Hakimy Dt Rajo Panghulu

Bismillahirrahmanirrahim



Pepatah Petitih Minangkabau 001 – 100
Pepatah Petitih Minangkabau 101 – 200
Pepatah Petitih Minangkabau 201 – 300
Pepatah Petitih Minangkabau 301 – 400
Pepatah Petitih Minangkabau 401 – 500
Pepatah Petitih Minangkabau 501 – 600

SEJARAH KAKBAH

Selasa, 11 Februari 2014
Kaabah Dan Masjid Nabawi Dalam Bahaya. (Bhg 3) : Apa Yang Ada Didalam Kaabah Sehingga Ia Dirahsiakan..!!!



Artikel re-post ini saya persembahkan kepada seluruh jemaah haji yang saat ini berangkat ke tanah suci menunaikan ibadah haji. Di sana anda mengunjungi bangunan Ka'bah, bangunan tersuci umat Islam yang berada di dalam lingkungan Masjidil Haram.

Namun berapa kalipun anda berkunjung/ naik Haji ke sana anda tidak mungkin tahu (tidak diijinkan) seperti apa ruangan dan isi dari bangunan Ka'bah itu. Artikel ini mungkin dapat menjawab keingin tahuan anda dan semoga dapat menyembuhkan kerinduan anda yang belum sempat berkunjung ke sana. Gambar saya ambil dari link sumber di bawahnya, sedangkan artikel saya kutip dari : http://republika.co.id.


Masjidil Haram

Kaabah adalah salah satu bangunan tertua di dunia yang berada di tengah-tengah Masjidil Haram. Ka'bah (bahasa Arab: الكعبة, transliterasi: Ka'bah) adalah sebuah bangunan mendekati bentuk kubus yang terletak di tengah Masjidil Haram di Mekah. Bangunan ini adalah monumen suci bagi kaum muslim (umat Islam). Merupakan bangunan yang dijadikan patokan arah kiblat atau arah patokan untuk hal hal yang bersifat ibadah bagi umat Islam di seluruh dunia seperti salat. Lokasi Ka'bahsecara astronomis adalah  21°25‘21.2“ Lintang Utara, 039°49‘34.1“ Bujur Timur, Elevasi 304 meter (ASL)


Ka'abah Cutaway

Bangunan Ka'bah mempunyai tingginya sekitar 15 meter, panjang sisi sebelah utara 9.92 meter, sisi sebelah barat 12.15 meter, sisi sebelah selatan 25.10 meter, dan sisi sebelah timur 11.88 meter.

Pintu Ka'bah di sisi sebelah timur dengan tinggi sekitar 2 meter dari tanah, terbuat dari emas murni dan bertuliskan ayat-ayat Alquran. Pada masa pemerintahan Khalid ibn ‘Abd Al Aziz, pintu ini dibuat dari bahan emas.
Sebelumnya, yaitu semenjak kekhalifahan Sultan Sulaiman Al Qanuni (959 H), pintu Ka'bah dibuat dari lempengan perak berlapiskan emas, terutama daun pintu dan gemboknya.
Bagian-bagian Luar Kaabah

1 - The Black Stone; 2 - Door of the Kaaba; 3. Gutter to remove rainwater; 4 - Base of the Kaaba; 5 - Al-Hatim; 6 - Al-Multazam (the wall between the door of the Kaaba and Black Stone); 7 - The Station of Ibrahim; 8 - Corner of the Black Stone; 9 - Corner of Yemen; 10 - Corner of Syria; 11 - Corner of Iraq; 12 - Kiswa (black veil covering the Kaaba); 13 - marble band of marking the beginning and end of rounds; 14 - The Station of Gabriel.

Dinding Ka'bah bagian bawah ditopang dengan tembok kuat yang terbuat dari batu marmer. Tembok itu melingkar mengitari Ka'bah dan disebut Syadzarwan. Tinggi Syadzarwan di bagian utara Ka‘bah mencapai 50 cm dengan lebar 39 cm, di bagian barat mencapai 27 cm dengan lebar 80 cm, di bagian selatan mencapai 24 cm dengan lebar 87 cm, sedangkan di bagian timur mencapai 22 cm dengan lebar 66 cm.

Dikatakan bahwa tembok Syadzarwan adalah bangunan tambahan pada Ka'bah yang dikerjakan oleh kaum Quraisy. Menurut mazhab Syafi'i dan Maliki, tembok Syadzarwan termasuk bagian Ka'bah, sehingga jamaah haji yang bertawaf harus berada di luarnya. Pendapat sebaliknya dikatakan oleh mazhab Hanafi. Menurut mereka, tembok Syadzarwan bukan merupakan bagian Kaabah.

Adapun mazhab Hanbali memilih berada di antara dua pendapat di atas. Menurut mereka, menjauhi tembok itu sangat dianjurkan, tetapi seandainya jamaah melakukan tawaf di dalamnya maka tawafnya tetap sah dan tidak sampai rusak.

Ka'bah telah direkonstruksi hingga 12 kali sejak zaman Nabi (SAW). Rekonstruksi terbaru dan proyek renovasi berlangsung pada tahun 1996. Gambar di bawah menunjukkan pekerja merenovasi dasar Ka'bah.

Yang jelas, belum diketahui secara pasti kapan pertama kali tembok Syadzarwan dibangun. Setiap kali Masjidil Haram dipugar, tempat-tempat di sekitarnya juga dipugar. Yang pasti, tembok Syadzarwan mengalami pemugaran pada tahun 542 H, 636 H 660 H, dan 1010 H.

Sejarah perkembangan Ka'bah.

Kakbah yang juga dinamakan Bayt al `Atiq (Arab:بيت العتيق, Rumah Tua) adalah bangunan yang dipugar pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail setelah Nabi Ismail berada di Mekkah atas perintah Allah SWT. Dalam Al-Qur'an, surah 14:37 tersirat bahwa situs suci Kakbah telah ada sewaktu Nabi Ibrahim menempatkan Hajar dan bayi Ismail di lokasi tersebut.

Ilustrasi Kabah Jaman Nabi Adam


Ilustrasi Kabah Jaman Nabi Ibrahim

Pada masa Nabi Muhammad SAW berusia 30 tahun (sekitar 600 M dan belum diangkat menjadi Rasul pada saat itu), bangunan ini direnovasi kembali akibat banjir bandang yang melanda kota Mekkah pada saat itu. Sempat terjadi perselisihan antar kepala suku atau kabilah ketika hendak meletakkan kembali batu Hajar Aswad pada salah satu sudut Kakbah, namun berkat penyelesaian Muhammad SAW perselisihan itu berhasil diselesaikan tanpa pertumpahan darah dan tanpa ada pihak yang dirugikan.

Pada saat menjelang Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi sampai kepindahannya ke kota Madinah, bangunan Kakbah yang semula rumah ibadah agama monotheisme (Tauhid) ajaran Nabi Ibrahim telah berubah menjadi kuil pemujaan bangsa Arab yang di dalamnya diletakkan sekitar 360 berhala/patung yang merupakan perwujudan tuhan-tuhan politheisme bangsa Arab ketika masa kegelapan pemikiran (jahilliyah) padahal sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim yang merupakan nenek moyang bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran Nabi Musa terhadap kaum Yahudi, Allah Sang Maha Pencipta tidak boleh dipersekutukan dan disembah bersamaan dengan benda atau makhluk apapun jua dan tidak memiliki perantara untuk menyembahNya serta tunggal tidak ada yang menyerupaiNya dan tidak beranak dan tidak diperanakkan (Surah Al-Ikhlas dalam Al-Qur'an). Kakbah akhirnya dibersihkan dari patung-patung agama politheisme ketika Nabi Muhammad membebaskan kota Mekkah tanpa pertumpahan darah dan dikembalikan sebagai rumah ibadah agama Tauhid (Islam).

Selanjutnya bangunan ini diurus dan dipelihara oleh Bani Sya'ibah sebagai pemegang kunci kakbah dan administrasi serta pelayanan haji diatur oleh pemerintahan baik pemerintahan khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Ummayyah, Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, sampai saat ini yakni pemerintah kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekkah dan Madinah.

Pada awalnya bangunan Kakbah terdiri atas dua pintu serta letak pintu Kakbah terletak di atas tanah, tidak seperti sekarang yang pintunya terletak agak tinggi. Pada saat Muhammad SAW berusia 30 tahun dan belum diangkat menjadi rasul, dilakukan renovasi pada Kakbah akibat bencana banjir.

Pada saat itu terjadi kekurangan biaya, maka bangunan Kakbah dibuat hanya satu pintu. Adapula bagiannya yang tidak dimasukkan ke dalam bangunan Kakbah, yang dinamakan Hijir Ismail, yang diberi tanda setengah lingkaran pada salah satu sisi Kakbah. Saat itu pintunya dibuat tinggi letaknya agar hanya pemuka suku Quraisy yang bisa memasukinya, karena suku Quraisy merupakan suku atau kabilah yang dimuliakan oleh bangsa Arab saat itu.

Nabi Muhammad SAW pernah mengurungkan niatnya untuk merenovasi kembali Kakbah karena kaumnya baru saja masuk Islam, sebagaiman tertulis dalam sebuah hadits perkataannya: "Andaikata kaumku bukan baru saja meninggalkan kekafiran, akan aku turunkan pintu Kakbah dan dibuat dua pintunya serta dimasukkan Hijir Ismail ke dalam Kakbah", sebagaimana pondasi yang dibangun oleh Nabi Ibrahim.

Ketika masa Abdullah bin Zubair memerintah daerah Hijaz, bangunan itu dibangun kembali menurut perkataan Nabi Muhammad SAW, yaitu diatas pondasi Nabi Ibrahim. Namun ketika terjadi peperangan dengan Abdul Malik bin Marwan penguasa daerah Syam (Suriah, Yordania dan Lebanon sekarang) dan Palestina, terjadi kebakaran pada Kakbah akibat tembakan peluru pelontar (onager) yang dimiliki pasukan Syam. Abdul Malik bin Marwan yang kemudian menjadi khalifah, melakukan renovasi kembali Kakbah berdasarkan bangunan di masa Nabi Muhammad SAW dan bukan berdasarkan pondasi Nabi Ibrahim. Kakbah dalam sejarah selanjutnya beberapa kali mengalami kerusakan sebagai akibat dari peperangan dan karena umur bangunan.

Keadaan Kaabah yang bercirikan Ottomaniah sebelum ianya dihancurkan oleh bani Saud




















Sejarah Perkembangan Ka'bah


Ketika masa pemerintahan khalifah Harun Al Rasyid pada masa kekhalifahan Abbasiyyah, khalifah berencana untuk merenovasi kembali kakbah sesuai pondasi Nabi Ibrahim dan yang diinginkan Nabi Muhammad SAW. namun segera dicegah oleh salah seorang ulama terkemuka yakni Imam Malik karena dikhawatirkan nanti bangunan suci itu dijadikan ajang bongkar pasang para penguasa sesudah beliau. Sehingga bangunan Kakbah tetap sesuai masa renovasi khalifah Abdul Malik bin Marwan sampai sekarang.

Isi Bagian Dalam Ka'bah



Tak sembarang orang yang bisa memasuki Ka'bah. Oleh sebab itu, banyak yang bertanya, apa sebenarnya yang ada dalam Ka'bah itu ? Apa benar dalam Ka'bah masih tersimpan berhala-berhala zaman dulu sebagaimana yang dituduhkan kaum perusak Islam?

Sebagaimana yang diperlihatkan dokumenter Kerajaan Arab Saudi, isi dalam Ka'bah hanya berupa ruangan kosong. Bahagian dalam Ka'bah terdapat tiga pilar dari kayu gaharu terbaik. Panjang satu pilar sekitar seperempat meter atau setengah meter berwarna campuran antara merah dan kuning. Ketiga pilar ini berjejer lurus dari utara ke selatan.

Tangga ke bagian atas Ka'bah. Tangga ini terletak di dalam Ka'bah pojok kanan. Tangga ini ada di belakang pintu keemasan, hanya digunakan saat mengganti Kiswah.

Pada awal abad ini (tahun 2000-an), bagian bawah ketiga pilar retak yang kemudian diperbaiki dengan diberi kayu melingkar di sekelilingnya. Ketiga pilar ini dibuat atas inisiatif Abdullah ibn Al Zubair tiga abad yang lalu. Meski demikian, ketiganya masih tetap kokoh hingga saat ini.
Atap dalam Ka'bah penuh dengan ukiran-ukiran mengagumkan, selain diberi lampu-lampu indah yang terbuat dari emas murni dan dari per­hiasan-perhiasan indah lainnya. Lantai Ka'bah dibuat dari batu pualam putih.

Dinding Ka'bah bagian dalam dibalut dengan batu pualam war­na-warni dan dihiasi dengan ukiran bergaya Arab. Terdapat tujuh papan yang menempel di dinding ini yang bertuliskan nama-nama orang yang pernah merenovasi atau menambahkan sesuatu yang batu di dalam Ka'bah atau Masjidil Haram.
 
Kisah Pembangunan Ka’bah dan Peletakan Hajar Aswad

Ketika Rasulullah berusia tiga puluh lima tahun, beliau belum diangkat oleh Allah sebagai seorang nabi. Waktu itu kota Makkah dilanda banjir besar yang meluap sampai ke Masjidil Haram. Orang-orang Quraisy menjadi khawatir banjir ini akan dapat meruntuhkan Ka’bah.

Selain itu, bangunan Ka’bah dulunya belumlah beratap. Tingginya pun hanya sembilan hasta. Ini menyebabkan orang begitu mudah untuk memanjatnya dan mencuri barang-barang berharga yang ada di dalamnya.

Oleh karena itu bangsa Quraisy akhirnya sepakat untuk memperbaiki bangunan Ka’bah tersebut dengan terlebih dahulu merobohkannya.

Untuk perbaikan Ka’bah ini, orang-orang Quraisy hanya menggunakan harta yang baik-baik saja. Mereka tidak menerima harta dari hasil melacur, riba dan hasil perampasan.

Di awal-awal perbaikan, pada awalnya mereka masih takut untuk merobohkan Ka’bah. Akhirnya salah seorang dari mereka yang bernama Al-Walid bin Al-Mughirah Al-Makhzumy bangkit mengawali perobohan tersebut. Setelah melihat tidak ada hal buruk yang terjadi pada Al-Walid, orang-orang Quraisy pun mulai ikut merobohkan Ka’bah sampai ke bagian rukun Ibrahim.

Mereka kemudian membagi sudut-sudut Ka’bah dan mengkhususkan setiap kabilah dengan bagian-bagiannya sendiri. Pembangunan kembali Ka’bah ini dipimpin oleh seorang arsitek dari bangsa Romawi yang bernama Baqum.

Rasulullah ikut Membangun

Rasulullah sendiri ikut bersama-sama yang lain membangun kabah. Beliau bergabung bersama paman beliau Abbas radhiyallahu ‘anhu. Ketika beliau mengambil batu-batu, Abbas menyarankan kepada beliau untuk mengangkat jubah beliau hingga di atas lutut. Namun Allah menakdirkan agar aurat beliau senantiasa tertutup, sehingga belum sempat beliau mengangkat jubahnya, beliau jatuh terjerembab ke tanah.
Beliau kemudian memandang ke atas langit sambil berkata, “Ini gara-gara jubahku, ini gara-gara jubahku”. Setelah itu aurat beliau tidaklah pernah terlihat lagi.

Peletakan Hajar Aswad

Sebelum kita lanjutkan kisah ini, tahukah kalian apa itu hajar aswad?

Hajar Aswad adalah sebuah batu yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dari surga. Dulu batu itu berwarna putih, namun karena dosa-dosa anak Adam, maka batu itu pun berubah menjadi berwarna hitam.
Nah, ketika pembangunan sudah sampai ke bagian Hajar Aswad, bangsa Quraisy berselisih tentang siapa yang mendapatkan kehormatan untuk meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya semula. Mereka berselisih sampai empat atau lima hari. Perselisihan ini bahkan hampir menyebabkan pertumpahan darah.

Abu Umayyah bin Al-Mughirah Al-Makhzumi kemudian memberikan saran kepada mereka agar menyerahkan keputusan kepada orang yang pertama kali lewat pintu masjid. Bangsa Quraisy pun menyetujui ide ini.

Allah subhanahu wa ta’ala kemudian menakdirkan bahwa orang yang pertama kali lewat pintu masjid adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Orang-orang Quraisy pun ridha dengan diri beliau sebagai penentu keputusan dalam permasalahan tersebut.

Rasulullah pun kemudian menyarankan suatu jalan keluar yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh mereka. Bagaimana jalan keluarnya?

Beliau mengambil selembar selendang. Kemudian Hajar Aswad itu diletakkan di tengah-tengan selendang tersebut. Beliau lalu meminta seluruh pemuka kabilah yang berselisih untuk memegang ujung-ujung selendang itu. Mereka kemudian mengangkat Hajar Aswad itu bersama-sama. Setelah mendekati tempatnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-lah yang kemudian meletakkan Hajar Aswad tersebut.

Ini merupakan jalan keluar yang terbaik. Seluruh kabilah setuju dan meridhai jalan keluar ini. Mereka pun tidak jadi saling menumpahkan darah.

Akhir Pembangunan Ka’bah

Bangsa Quraisy akhirnya kehabisan dana dari penghasilan baik-baik yang mereka kumpulkan. Mereka akhirnya menyisakan bangunan Ka’bah di bagian utara seukuran enam hasta yang kemudian disebut Al-Hijir atau Al-Hathim.

Mereka juga membuat pintu Ka’bah lebih tinggi daripada permukaan tanah. Setelah bangunan Ka’bah mencapai ketinggian lima belas hasta, mereka memasang atap dengan disangga enam sendi.

Ka’bah pun selesai dibangun kembali. Tingginya sekarang lima belas meter, panjang sisinya di bagian Hajar Aswad dan sebaliknya adalah sepuluh meter. Hajar aswad sendiri diletakkan satu setengah meter dari lantai. Adapun sisi yang lain panjangnya dua belas 
meter. Pintu Ka’bah diletakkan dua meter dari permukaan tanah. (*)

Musafir lalu di 2/11/2014 08:00:00 PG
Kongsi