Sabtu, 08 November 2014

SEJARAH TABUIK PARIAMAN

Setiap memasuki bulan Muharam atau tahun baru Hijriyah, masyarakat Kota Pariaman menggelar perayaan tabuik.Perayaan membuat dan membuang ke laut keranda yang dihiasmenyerupai buraq (sejenis burung yang membawa Nabi Muhammad SAWdalam perjalanan Isra’ Mikraj).Tabuik merupakan tradisi turun temurun masyarakat kotaPariaman.
Festival Tabuik adalah perayaan memperingati Hari Asyura (10 Muharam) yaitu mengenang  kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad SAW  yaitu Sayyidina Hassan bin Ali yang wafat diracun serta Sayyidina Husein bin Ali yang gugur dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala, Irak pada 10 Muharam 61 Hijrah (681 Masehi).
Dalam pertempuran yang tidak seimbang itu, kepala Imam Husein dipenggal oleh tentara Muawiyah. Kematian Imam Husein diratapi oleh kaum Muslim terutama Muslim Syiah di Timur Tengah dengan cara menyakiti tubuh mereka sendiri. Tradisi mengenang kematian cucu Rasulullah tersebut menyebar ke sejumlah negara dengan cara yang berbeda-beda.
Di Indonesia, selain di Pariaman, ritual mengenang peristiwa tersebut juga diadakan di Bengkulu. Dalam perayaan memperingati wafatnya Husein bin Ali, tabuik melambangkan janji Muawiyah untuk menyerahkan tongkat kekhalifahan kepada umat Islam setelah Imam Husain meninggal. Namun, janji itu ternyata dilanggar dan malah mengangkat Jazid yaitu anaknya sebagai putera mahkota.
Awalnya Tabuik sebagai simbol ritual bagi pengikut Syi’ah untuk mengumpulkan potongan-potongan tubuh Imam Husein dan selama ritual itu para peserta berteriak “Hayya Husein, hayya Husein” atau yang berarti “Hidup Husein, hidup Husein”. Akan tetapi, di Pariaman teriakan tersebut telah berganti dimana para pengusung dan peserta Tabuik akan berteriak “Hoyak Hussein, hoyak Hussein” sambil menggoyang-goyangkan Tabuik yang berbentuk menara dan bersayap.
Festival Tabuik masuk kalender acara wisata Sumatra Barat dan kalender acara wisata nasional.Puluhan ribu orang dari pelosok Sumatra Barat dan perantau datang ke Pariaman hanya ingin melihat Festival Tabuik selama 14 hari.Upacara tabuik dapat dihadiri hingga sekitar 6.000 orang per hari dan bisa mencapai 90.000 orang saat puncak acara.
Dalam perayaan ini masyarakat menyaksikan dua buah tabuik atau keranda setinggi 13 hingga 15 meter yang masing-masing diangkat oleh 20 lelaki. Mereka menggoyang-goyang, memutar-mutar, dan mengarak tabuik dari pusat kota menuju pantai. Lalu, pemain gendang tasa menepuk irama, mengiringi setiap liukan tabuik, dentamnya membangkitkan semangat.Di antara irama gendang terselip teriakan keras “Hoyak Hussein”.
Tabuik berjumlah dua buah dan terbuat dari bambu serta kayu. Bentuknya menyerupai binatang berbadan kuda dan berkepala manusia dengan posisi  tegap dan memiliki sayap. Dalam kepercayaan Islam, Tabuik sebagai gambaran dari Buraq yang dipercaya sebagai kendaraan Nabi Muhammad dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.Kedua Tabuik tersebut diarak menuju pantai setempat untuk di “serahkan” ke laut.Saat matahari terbenam arak-arakan pun berakhir.Kedua Tabuikdibawa ke pantai yang selanjutnya dibuang kelaut. Hal ini dipercaya sebagai ritual buang sial .
Tabuik yang sudah menjadi tradisi tahunan ini, tidak hanya memperkenalkan kebudayaan tetapi juga meningkatkan jumlah wisatawan yang datang dari dalam maupun luar kota, tradisi tabuik ini juga di selenggarakan di kota lain seperti Bengkulu.

Pembuatan Tabuik
Tabuik dibuat oleh dua kelompok masyarakat Pariaman, yakni kelompok Pasar dan kelompok Subarang.Kelompok Tabuik Pasar terdiri dari gabungan 12 desa yang ada di Kota Pariaman, sementara Kelompok Tabuik Subarang terdari dari gabungan 14 desa lainnya.Dahulu, selama berlangsungnya pesta tabuik selalu diikuti dengan perkelahian antara warga dari daerah Pasar dan Subarang.Tabuik dibuat secara bersama-sama dan melibatkan tokoh masyarakat.
Tabuik yang dibuat oleh kedua tempat ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian atas dan bawah yang tingginya dapat mencapai 15 meter.Bagian atas mewakili keranda berbentuk menara yang dihiasi dengan bunga dan kain beludru berwarna-warni. Sedangkan bagian bawah berbentuk tubuh kuda, bersayap, berekor dan berkepala manusia berambut panjang.  Kuda itu dibuat dari rotan dan bambu dengan dilapisi kain beludru halus warna hitam dan pada empat kakinya terdapat gambar kalajengking menghadap ke atas. Kuda tersebut adalah simbol Buraq, kendaraan yang memiliki kemampuan terbang secepat kilat dan digunakan saat Isra’ Miraj Nabi Muhammad SAW. Buraq dipercaya membawa Imam Hussein ke langit. Kendaraan yang disimbolkan dengan wujud kuda gemuk berkepala wanita cantik menjadi bagian utama bangunan Tabuik.
Bagian tengah Tabuik berbentuk gapura yang ukurannya makin ke atas makin besar. Pada  gapura itu ditempelkan motif ukiran khas Minangkabau. Di bagian bawah dan atas gapura ditancapkan bungo salapan atau delapan bunga berbentuk payung dengan dasar kertas warna bermotif ukiran atau batik.Puncak Tabuik dihiasi payung besar yang dibalut kain beludru dan kertas hias yang juga bermotif ukiran. Di atas payung ditancapkan patung burung merpati putih. Kaki Tabuik terdiri dari empat kayu balok bersilang dengan panjang sekitar 20 meter. Balok-balok itu digunakan untuk menggotong dan menghoyak Tabuik yang dilakukan sekitar  seratus orang dewasa.

Membuat Daraga
Beberapa hari sebelum prosesi tabuik dimulai, terlebih dahulu masing-masing rumah tabuik mendirikan sebuah tempat yang dilingkari dengan bahan alami (pimpiang) empat persegi dan didalamnya diberi tanda sebagai kiasan bercorak makam yang dinamakan dengan”daraga”.Fungsi dari daraga adalah sebagai pusat dan tempat alat ritual, dan tempat pelaksanaan maatam.

1. Mengambil tanah (tanggal 1 muharram)
Aktivitas pengambilan tanah dilakukan pada petang hari tanggal 1 muharam,dilakukan dengansuatu arak-arakan yang dimeriahkan dengan gendang tasa.Mengambil tanah dilaksanakan oleh dua kelompok tabuik yaitu kelompok Tabuik Pasar dan Tabuik Subarang”.Masing-masing kelompok mengambil tanah pada tempat (anak sungai) yang berbeda dan berlawanan arah. Tabuik Pasar di Desa Pauh, sedangkan Tabuik Subarang di Alai-Gelombang yang berjarak ±600 meter dari daraga (rumah tabuik).Pengambilan tanah dilakukan oleh seorang laki-laki dengan berpakaian jubah putih melambangkan kejujuran Husein.Tanah tersebut diusung ke daraga sebagai simbol kuburan Husein.

2. Menebang batang pisang (tanggal 5 muharram)
Menebang batang pisang adalah cerminan dari ketajaman pedang yang digunakan dalam perang. Sebagai simbol menuntut balas atas kematian Husein, ini dilakukan oleh seorang pria dengan berpakaian silat. Batang pisang ditebang putus sekali pancung.

3. Peristiwa maatam (tanggal 7 muharam)
Prosesi maatam dilaksanakan setelah shalat dzuhur oleh orang(keluarga) penghuni rumah tabuik.Secara beriringan mereka berjalan mengelilingi daraga sambil membawa peralatan ritual tabuik (jari-jari,sorban,pedang Husein, dll) sambil menangis meratap-ratap.Hal ini sebagai pertanda kesedihan yang dalam atas kematian Husein, sedangkan daraga adalah hakekat dari kuburan Husein.
4. Maarak jari-jari (tanggal 7 muharam)
Maarak panja merupakan kegiatan membawa tiruan jari-jari tangan Hosein yang tercincang, untuk diinformasikan kepada khalayak ramai bukti kekejaman raja zalim.Peristiwa tersebut dimeriahkan dengan “hoyak tabuik lenong” yaitu sebuah tabuik berukuran kecil yang diletakkan diatas kepala seorang laki-laki sambil diiringi bunyi gandang tasa.

5. Maarak saroban (petang tanggal 8 muharam)
Peristiwa maarak saroban bertujuan untuk menginformasikan kepada anggota masyarakat akan halnya penutup kepala (sorban) Husein yang terbunuh dalam perang Karbala. Hampir serupa dengan peristiwa maarak panja, bahwa kegiatan ini juga diiringi dengan membawa miniature tabuik lenong serta diiringi gemuruh bunyi gendang tasa sambil sorak sorai.

6. Tabuik naik pangkat (dini hari tanggal 10 muharam)
Pada dini hari menjelang fajar, dua bagian tabuik yang telah siap dibagun mulai disatukan menjadi tabuik utuh.Peristiwa ini dinamakan dengan tabuik naik pangkat, selajutnya seiring matahari terbit, tabuik diusung ke arena (jalan) dan ditampilkan dan hoyak sepanjang hari tanggal 10 muharam.

7. Pesta hoyak tabuik (tanggal 10 muharam)
Sepanjang hari tanggal 10 muharam mulai pada pukul 09.00 wib ,duatabuik yaitutabuik pasar dan tabuik subarang disuguhkan ketengah pengunjung pesta hoyak tabuik sebagai hakekat peristiwa perang karbala dalam islam. Acara hoyak tabuik akan berlangsung hingga sore hari secara lambat laun tabuik diusung menuju pinggir pantai seiring turunnya matahari.

8. Tabuik dibuang kelaut(petang tanggal 10 muharam)
Menjelang sore,dimulai penyatuan Tabuik Pasar dan Tabuik Subarang (tabuik naik pangkat), kedua tabuik itu diarak keliling Kota Pariaman.Masing-masing tabuik dibawa oleh delapan orang pria.Menjelang senja tatkala sunsetmemancarkan sinar merah tembaga, akhirnya kedua tabuik dipertemukan kembali di Pantai Gondoriah.
Pertemuan kedua tabuik di Pantai Gondariah ini merupakan acara puncak dari upacara tabuik, karena tidak lama setelah itu keduanya akan diadukan (sebagaimana layaknya perang di Karbala). Menjelang matahari terbenam kedua tabuik dibuang ke laut yaitu Pantai Gondoriah.
Prosesi pembuangan tabuik ke laut merupakan suatu bentuk kesepakatan masyarakat untuk membuang segenap sengketa dan perselisihan antar mereka.Selain itu, pembuangan tabuik juga melambangkan terbangnya buraq yang membawa jasad Husein ke Surga.p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar